![]()
Akhir-akhir ini, kita kerap mendengar kabar yang menyayat hati mengenai kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan yang melibatkan individu yang menyandang status sebagai tokoh agama. Lebih jauh lagi, beberapa kasus ini disebut-sebut melibatkan oknum yang berafiliasi dengan organisasi keagamaan tertentu, seperti Nahdlatul Ulama (NU). Tentu, hal ini menimbulkan kekhawatiran dan bahkan berpotensi mencoreng nama baik Islam di mata masyarakat luas, khususnya non-Muslim.
Sebagai seorang yang memegang teguh nilai-nilai kebijaksanaan dan ajaran agama, penting bagi kita untuk meluruskan persepsi ini. Perlu digarisbawahi dengan tegas bahwa tindakan keji pelecehan seksual dan pemerkosaan adalah kejahatan yang bertentangan secara mutlak dengan ajaran Islam dan nilai-nilai kemanusiaan universal.
Islam Melarang Kekerasan Seksual
Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sangat jelas dalam melarang segala bentuk kekerasan, penindasan, dan perbuatan keji, termasuk pelecehan seksual dan pemerkosaan. Beberapa prinsip fundamental yang ditegaskan dalam Islam adalah:
- Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia: Setiap individu, tanpa memandang gender atau status sosial, memiliki hak untuk dihormati dan dilindungi dari segala bentuk penindasan.
- Larangan berbuat zalim: Islam sangat melarang perbuatan zalim (kezaliman) atau penganiayaan, yang mencakup segala bentuk eksploitasi dan kekerasan.
- Perintah menjaga kehormatan: Baik laki-laki maupun perempuan diperintahkan untuk menjaga kehormatan diri dan orang lain.
- Hukuman berat bagi pelaku kejahatan: Dalam syariat Islam, perbuatan zina (termasuk pemerkosaan di dalamnya) adalah dosa besar yang memiliki konsekuensi hukum yang berat.
Oknum Bukan Representasi Lembaga Apalagi Agama
Adalah sebuah kekeliruan besar jika kita menggeneralisasi tindakan seorang oknum sebagai cerminan dari keseluruhan sebuah organisasi keagamaan atau, lebih parahnya lagi, sebagai representasi dari agama itu sendiri. NU, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah secara konsisten menyuarakan penolakan terhadap segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Nilai-nilai moderasi, toleransi, dan kemanusiaan adalah pilar utama dalam ajaran NU.
Setiap individu yang melakukan kejahatan, terlepas dari latar belakang atau jubah yang dikenakannya, haruslah dipertanggungjawabkan secara hukum. Kejahatan adalah kejahatan, dan status keagamaan sama sekali tidak memberikan imunitas atau pembenaran atas perbuatan tercela tersebut.
Pelecehan Seksual Lintas Agama dan Lintas Negara: Bukan Hanya Isu Islam
Fenomena pelecehan seksual oleh oknum yang menyandang status tokoh agama bukanlah hal baru, dan sayangnya, tidak hanya terjadi di satu agama atau wilayah geografis tertentu. Berbagai laporan dan investigasi di negara-negara Barat juga telah mengungkap kasus-kasus serupa yang melibatkan tokoh agama dari Kristen dan Yahudi. Ini menunjukkan bahwa masalah ini lebih berkaitan dengan penyalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan, bukan intrinsik pada ajaran agama itu sendiri.
Contoh Kasus dari Barat:
- Gereja Katolik (Kristen): Skandal pelecehan seksual oleh rohaniawan Katolik telah menjadi salah satu isu terbesar yang mengguncang Gereja Katolik di seluruh dunia selama beberapa dekade. Ribuan kasus telah terungkap di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Irlandia, Australia, Jerman, dan lainnya. Laporan-laporan independen menunjukkan bahwa ratusan pastor terlibat dalam pelecehan terhadap ribuan anak, dengan banyak kasus yang disembunyikan selama bertahun-tahun oleh hierarki gereja. Misalnya, di Pennsylvania, Amerika Serikat, laporan jaksa agung mengungkap bahwa lebih dari 300 imam telah melakukan pelecehan seksual terhadap ribuan anak selama 70 tahun, dengan banyak korban adalah anak laki-laki. Di Illinois, hampir 2.000 anak dilaporkan menjadi korban pelecehan oleh lebih dari 450 pastor Gereja Katolik.
- Gereja Protestan (Kristen): Meskipun tidak sebesar skandal di Gereja Katolik, beberapa denominasi Protestan juga menghadapi kasus pelecehan seksual oleh pendeta mereka. Di Amerika Serikat, Southern Baptist Convention, denominasi Protestan terbesar, juga telah menghadapi laporan ratusan kasus pelecehan seksual oleh pendeta dan staf mereka dalam dua dekade terakhir. Kasus-kasus di Gereja Inggris juga mencuat, seperti kasus John Smyth yang melakukan kekerasan seksual terhadap ratusan anak laki-laki.
- Komunitas Yahudi: Komunitas Yahudi, termasuk yang ultra-Ortodoks, juga tidak luput dari kasus pelecehan seksual oleh individu yang berkuasa, termasuk rabi. Beberapa kasus terkenal melibatkan rabi yang ditangkap karena pelecehan terhadap anak-anak. Di Israel dan Amerika Serikat, ada laporan mengenai rabi yang menyalahgunakan posisi mereka, bahkan beberapa kasus menyoroti upaya penyembunyian oleh komunitas untuk menghindari aib atau merusak reputasi.
Data-data ini menegaskan bahwa kejahatan pelecehan seksual adalah masalah universal yang dapat muncul di lingkungan manapun, termasuk lingkungan keagamaan, ketika ada penyalahgunaan kekuasaan dan minimnya akuntabilitas. Ini bukanlah ciri khas satu agama, melainkan kejahatan individual yang harus ditangani secara hukum dan moral, terlepas dari afiliasi agama pelaku.
Bagaimana Kita Menyikapi Ini?
- Pemisahan antara Oknum dan Ajaran: Penting untuk selalu membedakan antara tindakan kriminal seorang individu (oknum) dengan ajaran luhur agama itu sendiri. Setiap agama yang membawa pesan kebaikan dan kedamaian tidak akan pernah membenarkan kejahatan.
- Penegakan Hukum Tanpa Pandang Bulu: Kita harus mendukung penuh upaya penegakan hukum untuk menindak tegas para pelaku kejahatan seksual, siapapun mereka dan apapun statusnya. Tidak boleh ada impunitas bagi pelaku kekerasan. Keadilan bagi korban adalah prioritas utama.
- Edukasi dan Pencegahan: Edukasi mengenai bahaya kekerasan seksual dan pentingnya menjaga etika pergaulan harus terus digalakkan di semua lapisan masyarakat, termasuk di lingkungan pesantren, gereja, sinagoge, dan lembaga pendidikan agama lainnya.
- Peran Lembaga Agama: Lembaga-lembaga keagamaan memiliki peran krusial dalam melakukan pencegahan, memberikan perlindungan bagi korban, dan memastikan bahwa lingkungan mereka bebas dari segala bentuk kekerasan. Mereka juga bertanggung jawab untuk melakukan pembersihan internal jika ada oknum yang mencoreng nama baik.
- Stop Stigmatisasi Korban: Fokus utama kita harus selalu pada perlindungan dan pemulihan korban, bukan pada penghakiman atau stigmatisasi. Dorong korban untuk berani bersuara dan mencari keadilan.
Kesimpulan
Insiden memilukan yang melibatkan oknum berkedok agama sejatinya adalah tantangan bagi kita semua untuk lebih memahami esensi ajaran agama yang sesungguhnya. Islam, Kristen, Yahudi, dan agama-agama lain, dengan segala ajarannya, tidak pernah membenarkan apalagi mengajarkan kekerasan seksual. Fenomena ini adalah kejahatan individual yang mencoreng nama baik agama dan institusi keagamaan, bukan cerminan dari seluruh umat atau ajaran agama itu sendiri. Mari kita bersama-sama melawan segala bentuk kejahatan, menegakkan keadilan, dan meluruskan persepsi bahwa tindakan keji segelintir oknum tidak lantas mewakili keindahan dan kemuliaan ajaran agama secara keseluruhan.
Mengenai Skandal Pelecehan Seksual dalam Kristen (Khususnya Katolik dan Protestan):
- Laporan Investigatif Independen:
- Laporan Grand Jury Pennsylvania (AS, 2018): "Report of the 43rd Statewide Investigating Grand Jury Regarding Child Sexual Abuse by Catholic Clergy." Laporan ini sangat rinci mengenai kasus pelecehan oleh pastor di Pennsylvania.
- Laporan Ryan (Irlandia, 2009): "Report of the Commission to Inquire into Child Abuse (Ryan Report)." Menyelidiki pelecehan di institusi yang dikelola gereja di Irlandia.
- Laporan Royal Commission Australia (2017): "Royal Commission into Institutional Responses to Child Sexual Abuse." Sebuah investigasi komprehensif di Australia yang mencakup berbagai institusi, termasuk gereja.
- Buku dan Jurnal:
- Crisis of Conscience: The Struggle for Reform in the Catholic Church oleh David France (2019).
- Betrayal: The Crisis in the Catholic Church oleh The Boston Globe Spotlight Team (2002).
- Publikasi dari organisasi seperti SNAP (Survivors Network of those Abused by Priests) yang mendokumentasikan kasus-kasus.
- Berita Media Internasional Kredibel:
- The New York Times, The Guardian, BBC News, Associated Press, Reuters yang secara konsisten melaporkan perkembangan skandal ini di berbagai negara.
Mengenai Skandal Pelecehan Seksual dalam Komunitas Yahudi:
- Laporan dan Artikel Investigatif:
- Berbagai laporan dari Jewish Telegraphic Agency (JTA), The Forward, atau Haaretz (Israel) yang sering meliput kasus-kasus pelecehan dalam komunitas Yahudi, terutama di komunitas Ortodoks atau Haredi.
- Penelitian atau laporan dari organisasi seperti Jewish Community Watch (JCW) yang berfokus pada kesadaran dan pencegahan pelecehan seksual dalam komunitas Yahudi.
- Buku dan Jurnal Akademik:
- Studi tentang isu-isu sosial dan etika dalam komunitas Yahudi kontemporer yang mungkin menyentuh topik ini.



